بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم....Selamat datang dan selamat berkunjung di Blog ENGKONG H DANA"Sodaraku yang di Rahmati allah,Islam adalah rahmat untuk semua alam,minimalisir atau jangan debat mereka,tapi buatlah mereka berfikir,karena kita memiliki tubuh,kebutuhan dan hawa nafsu yang sama' semoga bermanfa'at.

Minggu, 17 Februari 2013

 Ahlussunnah wa Al-Jama'ah

Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda :
وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)

عن العرباض بن سارية قال: صلى بنا رسول الله ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا موعظة بليغة ذرفت منها العيون ووجلت منها القلوب، فقال قائل: يا رسول الله كأن هذه موعظة مودع، فماذا تعهد إلينا؟ فقال: أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبدا حبشيا؛ فإنه من يعش منكم بعدي فسيرى اختلافا كثيرا، فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء المهديين الراشدين، تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ، وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)

Dalam hadits Abu Hurairah, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِيْ
“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat di belakang keduanya, (yaitu) kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Malik dan Al-Hakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Al-Misykah )

Nasab Habib Umar

Beliau adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja'far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad s.a.w.

Biografi Habib Umar


Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.
Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da'wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk salat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya pada masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.
Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama mazhab Shafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya s.a.w pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usaha beliau yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah s.a.w.
Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah dipengaruhi beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, beliau mulai mengunjungi banyak kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.
Sejak itulah nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.
Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran pada masa depan.
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.
Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya.

 Karya Habib Umar

 Disamping sebagai Da’i, Habib Umar juga penulis yang produktif. Karya-karyanya tidak sebatas ilmu Fiqih, beliau juga mengarang beberapa kitab tasawuf dan maulid. Kitab yang ditulis antara lain :
• Diyaul Lami ( Maulid Nabi Muhammad SAW )
• Dhakhira Musyarofah ( Fiqih )
• Muhtar Ahadits ( Hadits )
• Nurul Iman ( akidah )
• Durul Asas ( Nahwu )
• Khulasah Madani an-Nabawi ( zikir )
• Tsaghafatul Khatib ( pedoman Khutbah )

 Wasiat dan Nasihat Habib Umar

Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah
· Barang siapa Semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut.
· Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.
· Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.
· Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.
· Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.
· Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.
· Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.
· Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.
· Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.
· Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.
· Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.
· Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)
· Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.
· Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.
· Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.
· Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.
· Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih-Nya.
· Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adat (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.
· Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.
· Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.
· Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.
· Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.
· Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).
· Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.
· Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.
· Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.

Jumat, 10 Agustus 2012

KH.Kholil Bangkalan


KH Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman.
Sayid Sulaiman adalah cucu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati Cirebon. Syarif Hidayatullah itu putera Sultan Umdatuddin Umdatullah Abdullah yang memerintah di Cam (Campa). Ayahnya adalah Sayid Ali Nurul Alam bin Sayid Jamaluddin al-Kubra.

KH. Muhammad Kholil dilahirkan pada 11 Jamadilakhir 1235 Hijrahatau 27 Januari 1820 Masihi di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Beliau berasal dari keluarga Ulama dan digembleng langasung oleh ayah Beliau. Setelah menginjak dewasa beliau ta’lim diberbagai pondok pesantren. Sekitar 1850-an, ketika usianya menjelang tiga puluh, Kiyai Muhammad Khalil belajar kepada Kiyai Muhammad Nur di Pondok-pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok-pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok-pesantren Keboncandi. Selama belajar di pondok-pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri, 7 kilometer dari Keboncandi. Kiyai Nur Hasan ini, sesungguhnya, masih mempunyai pertalian keluarga dengannya.

Sewaktu menjadi Santri KH Muhammad Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan Alfiyah Ibnu Malik (Tata Bahasa Arab). disamping itu juga beliau juga seorang hafiz al-Quran . Beliau mampu membaca alqur’an dalam Qira’at Sab’ah (tujuh cara membaca al-Quran).
Pada 1276 Hijrah/1859 Masihi, KH Muhammad Khalil Belajar di Mekah. Di Mekah KH Muhammad Khalil al-Maduri belajar dengan Syeikh Nawawi al-Bantani(Guru Ulama Indonesia dari Banten). Di antara gurunya di Mekah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Saiyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud asy-Syarwani. Beberapa sanad hadis yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Rumbawa). KH.Muhammad Kholil Sewaktu Belajar di Mekkah Seangkatan dengan KH.Hasym Asy’ari,KH.Wahab Hasbullah dan KH.Muhammad Dahlan namum Ulama-ulama Dahulu punya kebiasaan Memanggil Guru sesama Rekannya, dan KH.Muhammad KHolil yang dituakan dan dimuliakan di antara mereka.

Sewaktu berada di Mekah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, KH.Muhammad Khalil bekerja mengambil upah sebagai penyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh para pelajar. Diriwayatkan bahwa pada waktu itulah timbul ilham antara mereka bertiga, yaitu: Syeikh Nawawi al-Bantani, Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri dan Syeikh Saleh as-Samarani (Semarang) menyusun kaidah penulisan huruf Pegon. Huruf Pegon ialah tulisan Arab yang digunakan untuk tulisan dalam bahasa Jawa, Madura dan Sunda. Huruf Pegon tidak ubahnya tulisan Melayu/Jawi yang digunakan untuk penulisan bahasa Melayu.
Kiyai Muhammad Khalil cukup lama belajar di beberapa pondok-pesantren di Jawa dan Mekah, maka sewaktu pulang dari Mekah, beliau terkenal sebagai ahli/pakar nahwu, fiqih, thariqat ilmu-ilmu lainnya.

Untuk mengembangkan pengetahuan keislaman yang telah diperolehnya, Kiyai Muhammad Khalil selanjutnya mendirikan pondok-pesantren di Desa Cengkebuan, sekitar 1 kilometer arah Barat Laut dari desa kelahirannya. KH. Muhammad Khalil al-Maduri adalah seorang ulama yang bertanggungjawab terhadap pertahanan, kekukuhan dan maju-mundurnya agama Islam dan bangsanya. Beliau sadar benar bahwa pada zamannya, bangsanya adalah dalam suasana terjajah oleh bangsa asing yang tidak seagama dengan yang dianutnya.

Beliau dan keseluruhan suku bangsa Madura seratus persen memeluk agama Islam, sedangkan bangsa Belanda, bangsa yang menjajah itu memeluk agama Kristian. Sesuai dengan keadaan beliau sewaktu pulang dari Mekah telah berumur lanjut, tentunya Kiyai Muhammad Khalil tidak melibatkan diri dalam medan perang, memberontak dengan senjata tetapi mengkaderkan pemuda di pondok pesantren yang diasaskannya. Kiyai Muhammad Khalil sendiri pernah ditahan oleh penjajah Belanda kerana dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat melawan Belanda di pondok pesantrennya. beberapa tokoh ulama maupun tokoh-tokoh kebangsaan lainnya yang terlibat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidak sedikit yang pernah mendapat pendidikan dari Kiyai Muhammad Khalil al-Maduri.

KH.Ghozi menambahkan, dalam peristiwa 10 November, Mbah Kholil, sapan KH Kholill bersama kiai-kiai besar seperti Bisri Syansuri, Hasyim Asy’ari, Wahab Chasbullah dan Mbah Abas Buntet Cirebon, mengerahkan semua kekuatan gaibnya untuk melawan tentara Sekutu.
Hizib-hizib yang mereka miliki, dikerahkan semua untuk menghadapi lawan yang bersenjatakan lengkap dan modern. Sebutir kerikil atau jagung pun, di tangan kiai-kiai itu bisa difungsikan menjadi bom berdaya ledak besar.
Tak ketinggalan, Mbah Kholil mengacau konsentrasi tentara Sekutu dengan mengerahkan pasukan lebah gaib piaraannya. Di saat ribuan ekor lebah menyerang, konsentrasi lawan buyar.

Saat konsentrasi lawan buyar itulah, pejuang kita gantian menghantam lawan. ”Hasilnya terbukti, dengan peralatan sederhana, kita bisa mengusir tentara lawan yang senjatanya super modern. Tapi sayang, peran ulama yang mengerahkan kekuatan gaibnya itu, tak banyak dipublikasikan,” papar Kiai Ghozi, cucu KH Wahab Chasbullah ini.

Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan.
Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. ”Tiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyub,” cerita kh Ghozi.

Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngloyor masuk rumah, ganti baju.
Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil.

”Kedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,” papar kh Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini.
di antara sekian banyak murid Kh Muhammad Khalil al-Maduri yang cukup menonjol dalam sejarah perkembangan agama Islam dan bangsa Indonesia ialah Kh Hasyim Asy’ari (pendiri Pondok-pesantren Tebuireng, Jombang, dan pengasas Nahdhatul Ulama / NU) Kyai Haji Abdul Wahhab Hasbullah (pendiri Pondok-pesantren Tambakberas, Jombang); Kyai Haji Bisri Syansuri (pendiri Pondok-pesantren Denanyar); Kyai Haji Ma’shum (pendiri Pondok-pesantren Lasem, Rembang, adalah ayahanda Kiyai Haji Ali Ma’shum), Kyai Haji Bisri Mustofa (pendiri Pondok-pesantren Rembang); dan Kyai Haji As’ad Syamsul `Arifin (pengasuh Pondok-pesantren Asembagus, Situbondo).

Karomah syehk Kholil Bangkalan

Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia, Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh Al-Jazairi, Jawahirul Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja Murah Pekalongan, hal. 40].

Sementara ini ada beberapa kisah karomah beliau yaitu:

1. KISAH PENCURI TIMUN TIDAK BISA DUDUK

Diantara karomah KH. Kholil adalah pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus menerus. Akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi, setelah bermusuyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Kiai Kholil. Sesampainya di rumah Kiai Kholil, sebagaimana biasanya Kiai sedang mengajarkan kitab nahwu Kitab tersebut bernama Jurumiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula.
“Assalamu’alaikum, Kiai,” ucap salam para petani serentak.
“Wa’alaikum salam wr.wb., “ Jawab Kiai Kholil.
Melihat banyaknya petani yang datang. Kiai bertanya :
“Sampean ada keperluan, ya?”
“Benar, Kiai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kiai penangkalnya.” Kata petani dengan nada memohon penuh harap.
Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kiai kebetulan sampai pada kalimat “qoma zaidun” yang artinya “zaid telah berdiri”. Lalu serta merta Kiai Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf “qoma zaidun”.
“Ya.., Karena pengajian ini sampai ‘qoma zaidun’, ya ‘qoma zaidun’ ini saja pakai penangkal.” Seru Kiai dengan tegas dan mantap.
“Sudah, pak Kiai?” Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda Tanya.
“Ya sudah.” Jawab Kiai Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan penangkal dari Kiai Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Kiai Kholil.
Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sis-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak.
Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Kiai Kholil lagi. Tiba di kediaman Kiai Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Kiai kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun.

2. KISAH KETINGGALAN KAPAL LAUT

Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Makkah, semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya :
“Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,” ucap istrinya dengan memelas.
“Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” jawab suaminya sambil bergegas di luar kapal.
Setelah suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat.
Disaat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat: “Datanglah kamu kepada Kiai Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu !” ucapnya dengan tenang.
“Kiai Kholil?” pikirnya.
“Siapa dia, kenapa harus kesana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?” begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya.
“Segeralah ke Kiai kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah.” Lanjut orang itu menutup pembicaraan.
Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Kiai Kholil, langsung disambut dan ditanya :
“Ada keperluan apa?”
Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Kiai Kholil.
Tiba-tiba Kiai berkata :
“Lho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!”
Lalu suami itu kembai dengan tangan hampa.
Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Kiai Kholil lalu bertanya: ”Bagaimana? Sudah bertemu Kiai Kholil ?”
“Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan” katanya dengan nada putus asa.
“Kembali lagi, temui Kiai Kholil !” ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Kiai Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ke tiga kalinya, Kiai Kholil berucap, “Baik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.”
“Terima kasih Kiai,” kata sang suami melihat secercah harapan.
“Tapi ada syaratnya.” Ucap Kiai Kholil.
“Saya akan penuhi semua syaratnya.” Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh.
Lalu Kiai berpesan: “Setelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?” pesan dan tanya Kiai seraya menatap tajam.
“Sanggup, Kiai, “ jawabnya spontan.
“Kalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,” Kata Kiai Kholil.
Lalu sang suami melaksanakan perintah Kiai Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal lalu yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal.
“Ini anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali” dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selam hidupnya. Terbayang wajah Kiai Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang alalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa.

KH. Muhammad Khalil al-Maduri, wafat dalam usia yang lanjut 106 tahun, pada 29 Ramadan 1341 Hijrah/14 Mei 1923 Masihi.

Sumber : sufiroadmadura

Kamis, 21 Juni 2012

Terjemah Tausiyah Adda'ilallah Al Habib Ali Bin Abdurrahman Al Jufry Pada Peringatan Isra dan Mi'raj Nabi Besar Muhammad SAW di Monas pada tanggal 16 Juni 2012

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Limpahan Puji kehadirat Allah SWT , atas kenikmatan Islam dan kenikmatan Iman. Segala puji atas Kalimah “Laa ilaahaillallah”, Segala Puji Bagi Allah atas kecintaan kepada Sayyidinaa Muhammad SAW yang tersuci yang terpilih yang kita berkumpul untuk mendengarkan daripada sirah Nabi Muhammad SAW. Shalawat dan Salam yang denganya semoga membuka hati seluruh yang hadir disini untuk mencintai Beliau, untuk meminum daripada telaga Haud Beliau, untuk menganut dan mengidolakan Beliau Nabi Muhammad SAW.
Tidaklah yang menguntungkan kita semua terkecuali karena kecintaan kita pada Nabi Besar Muhammad SAW. Kalau bukan karena kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, maka tidaklah kita dikumpulkan diperkumpulan yang mulia ini. Dan perkumpulan kecintaan kalian ini yang berada dihatimu besar ataupun kecilnya itu adalah kabar gembira. Bahwa engkau mempunyai sambungan yang tiada terputus dengan cinta Nabi Muhammad SAW kepadamu. Rosulullah SAW telah mengisyaratkan tentang cinta yang telah kita sebutkan tadi, bahwa Rosulullah SAW wajah terindah dan akhlak yang terindah serta akhlak para sahabatnya yang memiliki kadar yang tinggi disisi Allah SWT. Rasulullah berkata: “Aku cinta, Aku rindu untuk bertemu dengan umat-umatku” yaitu kalian saudara-saudaraku.
Hadirin dan Hadirot , suatu ketika Rasulullah SAW menangis dan ketika itu para Sahabatnya bertanya : “Yaa Rasulullah SAW, apa yang membuatmu susah, bersedih dan menangis, bukankah kami adalah para Sahabatmu dan saudara-saudaramu yang selalu cinta terhadapmu ?. Jawab Rasulullah SAW : “Bukanlah kalian sebab aku menangis, tetapi Umat-Umatku yang setelah aku tiada , mereka tiada pernah berjumpa denganku, namun mereka beriman kepadaku. Aku menangis rindu ingin berjumpa dengan mereka.
Siapa yang ditangisi Rasulullah SAW karena Rindu ?? Itu adalah Kalian !!! 
Yang mana kalian beriman kepada Nabi, masuk Islam tanpa kalian melihat Nabi Muhammad SAW.
Itu adalah kalian ... Itu adalah cinta, rindu Rasulullah SAW untuk kalian ..Tangisan rindu itu untuk kalian ...
Tangisan kerinduan kepada kalian yang beriman kepada Rasul, tanpa pernah kalian berjumpa dengan Beliau, yang berkorban , mengajak saudara , keluarga kalian .. Untuk beriman pula kepada Baginda Rasulullah SAW, Itulah kalian !! yang dirindukan Rasulullah SAW ... 
Sayyidina Umar, ketika bertemu dengan Rasulullah SAW dan para Sahabatnya terdahulu yang setia dalam jihad dan peperangan, Ketika itu Rasulullah SAW ( setelah peperangan ) , Rasulullah SAW belum mandi, maka sayyidina Umar memandang wajah Beliau dengan debu yang ada pada wajah Beliau SAW, Maka Sahabat Umar mengatakan : “Yaa Rasulullah , Debu yang berada diwajahmu Yaa Rasulullah , lebih aku cintai daripada diriku sendiri. 
Sungguh begitu besar kecintaanya pada Rasulullah SAW. Lantas bagaimana dengan kita yang dirindukan Rasul, dicintai Rasul, tanpa melihat Rasul, Dari generasi ke generasi , bersatu padu, berkumpul , bersatu padu untuk menyatakan kecintaanya pada Baginda Rasulullah SAW. Maka Rasul pun datang dan berkata : “Aku datang dari tempat yang jauh, untuk bersatu padu , dengan kalian yang saudara-saudariku yang kumuliakan” 
Siapa yang hidup dengan kecintaan ini, dan berjuang untuk mengikuti jejak akhlak kekasihnya ( Rasulullah SAW ), yang mana Beliau mengutarakan dalam Hadis Mulia Beliau , bahwa Orang-orang yang mencintai Beliau, kelak akan dikumpulkan bersama Beliau.
“Seseorang kelak akan bersama dengan orang yang dia cintai”
Dan didalam perkumpulan mulia, di malam Isra wal mi’raj ini, Maka menyiratkan Rasulullah SAW melewati hal-halkisah Rasulullah SAW yang terdahulu, dicekik, dilempari , dikejar-kejar, dan orang yang paling banyak dicari untuk dibunuh. Maka diutuslah malaikat Penjaga Gunung untuk menindih daripada penduduk yang telah melempari beliau daripada Ahlul Bayt . Namun Beliau berkata dan berharap agar tidak ditimpakan gunung-gunung itu, seraya berkata : “Aku berharap, dari keturunan-keturunan mereka akan muncul manusia-manusia yang beriman kepadaku. 
Saudara-Saudariku, “Ini , rahmat dan kasih sayang seperti ini, apabila muncul dari hati seseorang yang membenci Beliau, yang mencekik Beliau, yang mengejar-ngejar Beliau, dan ingin membunuh Beliau, maka akan berbalik menjadi kemuliaan kasih sayang kepada Baginda Rasulullah SAW, yang daripadanya timbul kedamaian , merubah keadaan hingga barat sampai timur dan timur termuliakan
Setiap dari kalian akan mendapat dari Allah SWT pujian, akan mendapat dari Allah kemuliaan, akan mendapat dari Allah hikmah, yang mana berjuang menjaga cintanya kepada Beliau, berjuang terhadap apa-apa yang mengganggunya, yang memfitnahnya , memusuhinya , dibalas dengan akhlak dan kelembutan yang diajarkanya, maka akan dikumpulkan Bersama Beliau dalam keadaan berbahagia. Dimana mereka selalu berbuat baik sebelum mereka berbuat baik terhadapnya. Membalas cacian dengan kelembutan dan kemuliaan akhlak, maka sesungguhnya tali kalian bersambung dan tidak terputus kepada Baginda Rasulullah SAW, yang mana ketika Beliau berjalan. Malaikat Jibal .. Malaikat penjaga Gunung berkata kepadanya : “Wahai Rasulullah SAW, jikalau engkau mau... aku himpitkan, tindihkan .. aku “kepruk” kan kedua gunung ini, untuk membalas mereka yang memusuhimu. Maka Rasulullah SAW berkata “Jangan, aku mengharapkan dari keturunan mereka, akan lahir orang-orang yang shalih, yang menyeru terhadap Agama Allah, yang beriman kepadaku, 
Saudara-saudariku ,, Jikalau kita memiliki pedoman sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW, kita akan mendapatkan anugerah Besar,,, dan kita berpegangan kepada tali Nabi besar Muhammad SAW, yang mana ketika dikucilkan, dicaci, dihina, dan dimusuhi , Justru Beliau malah mendo’akan , agar dikuatkan keturunan mereka , yang menolong agama Allah,
Rasulullah SAW mengajarkan , kepada umat-umatnya, untuk memperoleh kemuliaan maka haruslah kita bersabar, berusaha, bertawakkal, untuk meraih apa-apa yang diinginkan, sekali lagi harus bersabar ... menghadapi cacian , hinaan, fitnah, dan ujian hidup ...
Itulah isyarat Allah SWT terhadap orang-orang yang terpilih untuk menuju ridhonya harus melewati pintu Sabar, 
Orang-orang yang bersabar, adalah orang-orang yang terpilih dan dipilih untuk meraih cintanya Allah SWT,
Saudara-Saudariku .. kira-kira 2bulan yang lalu aku berkunjung Masjidil Aqsa aku melihat daripadanya suatu tempat, seperti tempat mengikat kuda. Dan akupun bertanya : “Apa itu” ?? dipojokan itu ??” Maka seorang penjaga menjawab, itu adalah pengikat Buroq yang mana akan digunakan Rasulullah SAW sebelum Isra’ walmi’raj. Dan aku bertanya pada Guru beliau : Apa Sebabnya , Buroq ini diikat ?? Padahal dia datang dari langit ? Maka Beliau menjawab : “Mereka juga makhluk-makhluk Allah SWT, ini merupakan ta’lim, pengajaran bagi kita, walau mereka adalah makhluk-makhluk dari langit, Namun daripada itu mengandung pengajaran bagi kita, agar tidak meremehkan segala sesuatu yang datangnya dari Allah SWT, dan berkata : “Biarkan saja, biarkan saja, biarkan saja ...” . Namun kesemuanya itu butuh usaha, butuh asbab, butuh mujahadah,butuh perbuatan kita, bukan meremehkan begitu saja , membiarkan seakan-akan Allah SWT adalah Pembantu kita, yang akan berbuat terhadap apa saja yang kita kehendaki.
Dan marilah kita berdo’a, semoga Masjidil Aqsa tetap terjaga dan dijaga .. dari tangan-tangan yahudi, tangan-tangan yang memusuhi agama Allah.

Dan suatu ketika di Masjidil Aqsa .. aku melihat, pada hamparan batu , yang terakhir kali beliau menginjakan kakinya di bumi sebelum Beliau melaksanakan Isra’ dan Mi’raj, maka orang-orang yang bersamanya berkata : “ Coba sentuhkan tanganmu itu, sentuhkan telapak tanganmu itu pada Batu yang telah diinjak Baginda Rasulullah SAW, Rasakan ... maka bagian batu yang telah diinjak itu, terasa sangat lembuuut, dan wangi. Wewangian itu lebih wangi dari wewangian yang paling wangi..
Sampai sekarang, bilamana kita berkunjung ke Masjidil Aqsa dan kita melihat tempat batu yang melayang , dimana ketika Rasulullah SAW akan Mi’raj .. Batu itu menyentuh telapak kaki Rasulullah SAW. Dan daripadanya terdapat jeruji-jeruji besi yang terdapat didalamnya, ada Batu bekas pijakan kaki Rasulullah SAW, ketika kita memasukan tangan kita dan menyentuhnya, maka kita akan merasakan, betapa lembut dan wanginya batu tersebut.
Sebagaimana yang telah disampaikan dan kita dengar tadi, ketika Rasulullah SAW, melakukan Isra Mi’raj bersama Malaikat Jibril, ketika sampai menembus langit, dan ketika sampai ke Pintu langit, Beliau disambut para Penghuni Langit. maka mereka (para penghuni langit) bertanya :
“Siapa engkau ... ???”
“Aku jibril “ jawab Malaikat Jibril
“Siapa Bersamamamu” tanya Penghuni langit
“Dia Muhammad” jawab malaikat Jibril
“Apakah dia telah diutus ???”
“Betul” jawab malaikat Jibril.
Maka dibukalah pintu-pintu langit, dan mereka bergembira menyambut kedatangan Sayyidina Muhammad SAW. 
Ada pelajaran penting dari Malaikat Jibril As , ketika para penjaga langit bertanya kepadanya ,, dimana kala itu malaikat Jibril membawa Rasulullah SAW, Beliau memberikan pelajaran kepada kita bahwa sebagai makhluknya Allah, kita harus teliti dan cermat. Padahal kita tahu, tidak penting bagi Malaikat – malaikat dan Penghuni langit bertanya, siapa Malaikat Jibril yang mana mereka tahu Jibril adalah rajanya Para Malaikat Allah, Mereka sejatinya telah mengenal Malaikat Jibril dan wajah terindah yakni Rasulullah SAW, Namun inilah pelajaran bagi kita .. Bahwa butuh ketelitian dalam kita bersabar dan beramal sebagaimana para Malaikat bertanya kepada Malaikat Jibril,

Dan ketika sampai kepada Sidrathul Muntaha , Malaikat Jibril berkata , “disini tempat untukku meninggalkanmu Wahai Muhammad SAW. Maka Nabi Muhammad SAW mengatakan “Yaa Malaikat Jibril, adakah seorang kekasih meninggalkan orang yang dikasihinya sendirian ?? . Kemudian Malaikat Jibril berkata seakan tahu kedudukanya disisi Allah: “Wahai Muhammad, jika engkau maju maka engkau akan menemukan dan menembus cahaya-cahaya kemuliaan. Namun jika selangkah saja aku maju, maka aku akan terbakar”. 
Maka menembuslah Rasulullah SAW pada cahaya-cahaya keindahan dimana Rasulullah SAW bertemu dengan Rabb nya, dimana tiada satupun makhluk Allah SWT, tiada satupun dari Nabi dan Rasul yang diutusnya kecuali Rasulullah SAW, tidak malaikat yang dekat sekalipun sampai dengan kemuliaan kedudukan mulia Rasulullah SAW. Dimana Beliau dipertemukan dengan Tuhanya yang telah menciptakanya beserta alam jagad raya ini, Beliau bertemu dengan Allah SWT ...

Pada saat itu Allah SWT menerbitkan cahaya-cahaya keindahan dimana cahaya keindahan tersebut tiada dapat menyamai, lebih indah dari apapun, tiada tergambarkan dahsyatnya keindahan itu tiada dapat diungkapkan dengan kalimat apapun.
Maka Rasulullah SAW berkata kepada Allah SWT
“Attahiyaatul mubarokaatuussholawaatuttoyyibaatulillah”
( Segala kemuliaan , segala keberkahan, segala keluhuran, adalah milik Allah ... )
Setelah Rasulullah SAW mengucapkan Salam kepada Allah SWT , maka Allah menjawab Salam Beliau ,,, “Assalaamu’alayka ayyuhannabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuh”
Segala kesejahteraan, dan kemuliaan kepada engkau Wahai Nabiku Muhammad SAW dan Rahmat dan keberkahan untukmu Wahai Muhammad
Maka Rasulullah SAW menjawab : “Assalaamu’alainaa wa’alaa ibaadillahisshoolihiin”
Ketika Allah mengguyur Rasulullah SAW dengan fa’idatussalam, keluhuran salam ,
Rasulullah SAW tidak melupakan umatnya. Umat – umatnya yang Shalih, Umat-umat yang senantiasa ingin merasakan Lubernya kesejahteraan Salam yang Allah limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW.
Lantas, apakah ketika kita mempunyai keinginan, mempunyai cita-cita, kita melupakan Rasulullah SAW dengan mencapakkan cinta Beliau dan enggan menjawab Salam Beliau ??
Ketahuilah ketika engkau membaca pada Tahiyat Shalat, hadirkan hatimu , hadirkan kecintaanmu. Ketahuilah bahwa Salam tersebut bukan sembarang salam. Yang mana dengan berpedoman dan memahami bacaan itu, kau akan terbimbing pada kehidupan para Shalihin yang bercahaya dengan keluhuran cahaya yang sebenarnya. 
Dan ketahuilah, bahwa di perkumpulan agung dan mulia ini didalam hati kitamenyadari dan tahu, bahwasanya ketika kita mengucapkan kalimah itu, kita bersalam langsung kepada Baginda Rasulullah SAW, kita sedang berhubungan langsung dengan Shohibul Madinah Muhammad SAW ...
Kita merasakan dan kita merenungkan bahwa sekarang kita di Indonesia ini, tetapi pada Hakikatnya kita sedang duduk di tanah Madinah Al Munawaroh.
“Ahlul Madinah !! “
Orang-orang Madinah masuk dalam Islam tanpa peperangan , Orang-orang Indonesiapun masuk dalam Islam tanpa peperangan.
Dan juga Penduduk Madinah menerima kedatangan Beliau , menerima kecintaan Beliau, menerima dengan pengorbanan, Dan penduduk Indonesiapun sama menerima kedatangan keturunan Nabi Muhammad SAW yakni kedatangan sembilan Wali ( Wali Songo ) menyebarkan Islam di Pulau Jawa dengan meyakini dan membenarkan Risalah Nabi Muhammad SAW. 
Orang-Orang Madinah dengan Akhlak mereka yang dibawa dari Rasulullah SAW menerima kedatangan para kaum Muhajirin, menerima dengan kelembutan serta pengorbananya terhadap Kaum Muhajirin. Orang-Orang Indonesiapun memiliki kesamaan. Mereka menerima kedatangan orang-orang dari negara manapun, yang membawa kecintaan dari Baginda Rasulullah SAW. Maka inilah Indonesia yang memiliki titik kesinambungan dengan Kota Madinatulmunawaroh. 
Dan ketika aku datang sekitar 14-15 Tahun yang lalu, pertama kalinya ke Indonesia ini. Dan pada saat itu aku berkunjung kepada Para Ulama dan Kyai serta Guru-Guru Besar yang mempunyai murid yang banyak dankudapatkan sambutan, kelembutan , kasih sayang, cinta, bagaikan kelembutan Kaum Anshor kepada Nabi Muhammad SAW.
Kenapa aku sebutkan cerita ini pada akhir daripada ceramahku ini ??
Ketahuilah, mengapa aku sampaikan ini diakhir ucapanku yang sebentar lagi akan saya akhiri dan tujuanku menyampaikan ini sebagai peringatan bahwa telah datang pada kalian orang-orang yang berusaha menyingkirkan kalian dari Jalan Mahabbah yang menyambungkan kalian kepada Kaum Anshor , dari orang-orang yang sekumpul, orang-orang Madinah, dan orang-orang yang mencintai Rasulullah SAW.
Mereka seraya berkata : “Jangan mencintai Ahlul Bayt, Jangan mencintai daripada Da’i-da’i yang datang mengajarkan Mahabbah kepada Allah SWT” 
Aku sampaikan seperti ini agar kalian mencintai Para Ahlul Bayt dan Para Ulama yang mengajarkan Kecintaan pada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Jangan menjauhi mereka ! jangan memerangi mereka ! tetapi tetaplah teguh pada Cinta dan Mahabbah kepada Rasulullah SAW. Dan tetap mendo’akan kepada mereka agar Allah SWT melimpahkan hidayah kepada mereka.
Cinta kepada Rasulullah SAW, Cinta terhadap Ahlul Bayt, Cinta terhadap Ulama.. sebagian mereka mengatakan : “Jangan cinta berlebih-lebihan kepada Nabi, itu kultus ! Dan sebagian mengatakan, jangan mencintai terhadap Ahlul Bayt berlebih-lebihan itu Kultus, Sebagian mengatakan jangan mencintai kepada Sahabat Nabi berlebih-lebihan , itu tidak Benar ! . Menganggap itu syirik dan sebagainya .
Teguhlah !!
Belajar yang benar terhadap Guru-Guru kalian yang benar yang sanadnya bersambung kepada Nabiyullah Muhammad SAW. 
Teguhlah kalian kepada cahaya cinta Allah yang dibawa Guru kalian Habib Mundzir Bin Fu’ad Al Musawa, yang mengajarkan kepada kalian cinta Allah dan kepada Rasulullah SAW...
Peganglah teguh, amalkan , ajarkan , sebarkan, kepada orang-orang dekat kalian , kepada teman-teman kalian, kepada keluarga kalian, kepada murid-murid kalian, tentang cinta kepada Allah SWT dan Cinta kepada Rasulullah SAW ,, 
Allohumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa ala ali Sayyidina Muhammad
 

KISAH RASULULLAH SAW DAN MALAIKAT PENGHITUNG TETESAN AIR HUJAN

Assalamualaikum.wr.wb
Sahabat fillah yang budiman mari baca kisah dibawah ini yang akan membuat kita takjub atas kebesaran Allah swt

Diriwayatkan (Al-Mustadrah
Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis
ke
72) bahwa Rasulullah
saw bersabda,

“Disaat aku tiba di langit di
malam Isra’ Miraj, aku melihat
satu malaikat memiliki 1000
tangan, di setiap tangan ada 1000
jari. Aku melihatnya menghitung
jarinya satu persatu. Aku bertanya kepada Jibril as,
pendampingku,

‘Siapa gerangan malaikat itu,
dan apa tugasnya?.’

Jibril berkata, Sesungguhnya dia adalah malaikat
yang diberi tugas untuk
menghitung tetesan air hujan yang
turun dari langit ke bumi.

’ Rasulallah saw bertanya kepada
malaikat tadi,

‘Apakah kamu tahu berapa
bilangan tetesan air hujan yang
turun dari langit ke bumi sejak
diciptakan Adam as?.

’ Malaikat itupun berkata,

‘Wahai Rasulallah saw, demi
yang telah mengutusmu dengan
hak (kebenaran), sesungguhnya
aku mengetahui semua jumlah
tetesan air hujan yang turun dari
langit ke bumi dari mulai diciptakan Adam as sampai
sekarang ini, begitu pula aku
mengetahui jumlah tetetas yang
turun ke laut, ke darat, ke hutan
rimba, ke gunung-gunung, ke
lembah-lembah, ke sungai-sungai, ke sawah-sawah dan ke tempat
yang tidak diketahui manusia.


Mendengar uraian malaikat tadi,
Rasuluallah saw sangat takjub dan
bangga atas kecerdasannya dalam
menghitung tetesan air hujan.

Kemudian malaikat tadi berkata
kepada beliau,

‘Wahai Rasulallah saw, walaupun
aku memiliki seribu tangan dan
sejuta jari dan diberikan
kepandaian dan keulungan untuk
menghitung tetesan air hujan yang
yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan
kelemahan.

’ Rasulallah saw pun bertanya,

‘Apa kekurangan dan kelemahan
kamu?.

’ Malaikat itupun menjawab,

‘Kekurangan dan kelemahanku,
wahai Rasulallah, jika umatmu
berkumpul di satu tempat, mereka
menyebut namamu lalu
bershalawat atasmu, pada saat itu
aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan
Allah kepada mereka atas
shalawat yang mereka ucapkan
atas dirimu.


Allahuma shalli ala sayyidina
Muhammadin wa ala alihi wa shahbihi wa sallim